Kamis, 20 Agustus 2015

Mendadak Ngartis


“Udah kayak artis beneran aja.” Batinku sambil tersenyum simpul. Kata-kata itu tak sengaja terlontar dari mulutku selesai diwawancarai oleh Net TV. Lalu pikiranku melambung jauh dimasa lalu. Hal serupa yang telah terjadi padaku beberapa tahun silam. Dan itu masih sangat kental diingatanku meski sudah 11 tahun lamanya.


Sekitar tahun 2004, ketika Rumah Dunia sedang menggeliat. Dan anak-anak kampung Ciloang benar-benar terjangkit virus buku dan sastra. Lebih dari 100 anak-anak datang silih berganti, walau hanya untuk sekedar membaca atau terjun setengah hari mengikuti kegiatan yang ada di Rumah Dunia. Lalu, salah satu dari mereka menarik perhatian sepasang suami-isteri yang sama-sama menyukai dunia menulis.

Mimpi Sauni adalah novel anak pertama yang dibuat oleh Gol A Gong dan Tias Tatanka tahun 2004. Cerita itu terinspirasi oleh gadis kecil yang berjualan kerupuk mie dan telah menjadi anggota di Rumah Dunia. Meskipun waktu yang dimilikinya terbagi-bagi namun ia tak pernah mangkir sehari pun datang dan ikut ke dalam kegiatan reguler di Rumah Dunia. Mungkin hal inilah yang membuat sepasang penulis itu menuliskan kisah hidupnya dan mimpinya.


Gadis kecil berambut pirang yang tiap hari menjajakan kerupuk mie dan selalu meletakkan baskom di atas kepala adalah penggambaran dari tokoh Sauni yakni diriku sendiri. Meski cerita itu dibumbui dengan fiksi tetapi tetap saja tiap kali aku membacanya buatku berkaca-kaca. Dan aku juga masih ingat ketika buku Mimpi Sauni launching di Mall daerah Depok, seseorang mengatakan bahwa buku itu bagus untuk dibaca meski mengundang kesedihan.


Suatu hari sebuah televisi swasta RCTI meminta izin untuk meliput kegiatan keseharianku. Hasilnya akan ditayangkan pada program Jalinan Kasih begitu kata mereka. Kemudian disusul dengan pembuatan sinetron Mimpi Sauni yang dibintangi oleh para artis mulai dari papan atas hingga yang baru menjejaki dunia keartisan. Dengar-dengar artis yang menjadi pemeran di Novel Mimpi Sauni itu tidak dibayar pada produksi pertama. Kampung Ciloang benar-benar dibuat geger saat PH (production house) melakukan syuting lengkap dengan artisnya.


Peristiwa 2004 itu masih manis tuk kukenang. Indah memang. Aku pun sempat tidak mempercayainya bila jadi mendadak artis. Tenarnya nggak kalah dengan artis di ibukota. Bahkan ketika masuk SMP beberapa guru menyebutku artis.

Setelah melewati fase itu. Kini aku seperti mendadak artis lagi. Meski tidak buming seperti dulu. Satu hal yang kini kutakuti adalah ketika kesombongan itu menghinggapiku. Sungguh aku tak ingin kesombongan itu berada di dalam tubuhku. Aku tetap menjadi Sauni, tutor dan relawan Rumah Dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar