Takkan pernah menyerah
Kami guru Indonesia
Selalu tulus mengabdi
Kami guru Indonesia
Mengajar dengan hati
Mendidik sepenuh jiwa
Kamilah guru Indonesia
“Siapapun bisa menjadi
guru,” ujar Bambang Suherman salah satu pembicara sekaligus Direktur Komunikasi dan
Fundrising di Studium Generale
yang mengangkat tema Optimalisasi Kepemimpinan Guru dalam Masyarakat, Senin.
Penekanan pada kata kepemimpinan menjadi poin plus yang harus dimiliki oleh para
peserta SGI Professional Class angkatan 16 tahun ini.
Pernyataan bahwa siapapun
bisa menjadi guru telah dibuktikan oleh para peserta Sekolah Guru Indonesia.
Sebanyak 20 peserta dari seluruh Indonesia, beberapa dari mereka memang bukan
dari pendidikan. Salah satunya adalah Arby’in Pratiwi. Perempuan muda yang
lulus dari Universitas Jenderal Sudirman dan mengambil jurusan Peternakan
datang dari Purworejo, Jawa Tengah. Ia mengaku keikutsertaannya dalam program
yang dibuat oleh Dompet Dhuafa adalah karena ia mencintai profesi sebagai guru.
Menjadi seorang guru tidak
akan terlepas dari kompetensi. Kompetensi seorang guru mencakup banyak hal.
Standar kompetensi yang sudah termaktub dalam peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa ada 4 kompetensi yang wajib
dimiliki oleh seorang guru. Diantaranya adalah pedagogik dan kompetensi
kepribadian, professional dan kompetensi sosial. Dari berbagai kompetensi yang
disebutkan maka akan terwujud penguasaan pengetahuan dan profesional dalam
menjalankan tugasnya sebagai guru.
Keterampilan mengajar yang
baik. Akan menghasilkan anak-anak didik yang baik pula. Dan mengaplikasikan
tiap butir kompetensi sedini mungkin dapat meminimalisir kecacatan pendidikan
di Indonesia. Terutama bagi guru-guru sekolah dasar. Yang belum banyak
mengetahui betapa pentingnya kompetensi seorang guru. Di sinilah peran para
guru di Sekolah Guru Indonesia pada program professional class. Selama 3 bulan
akan digodok agar kompetensi guru yang diharapkan benar-benar matang. Sebelum
akhirnya ditempatkan selama 1 tahun untuk pengabdian.
Pengabdian mahasiswa
Profesional Class tahun ini memang cukup berbeda dengan angkatan yang lalu.
Tolak ukur seorang guru tidak hanya meliputi kegiatan pembelajaran di dalam
kelas. Yang digugu dan ditiru oleh siswa-siswanya. Yang ruang lingkupnya
sebatas sekolah. Melainkan melebur dengan masyarakat. Seperti pada butir
kompetensi umum yang isinya bahwa mahasiswa SGI harus memiliki kemampuan untuk
membuat perubahan dengan membuat program kreatif pemberdayaan sekolah atau
masyarakat.
Seperti yang selalu
digaungkan oleh Manager Sekolah Guru Indonesia, Abdul Khalim selepas Apel pagi.
Penekanan menjadi seorang pemimpin seperti alarm yang sudah tersimpan dan
ketika waktu itu tiba akan berbunyi.
“Kalian tidak hanya
bertugas sebagai seorang guru di penempatan nanti. Tetapi, menjadi seorang
pemimpin.” Tegas Abdul Khalim sembari memasang wajah serius. Lalu beberapa
detik kemudian ia mencairkan suasana dengan melukis sebuah senyuman.
Selain
ingin menonjolkan sosok pemimpin. Pada angkatan Professional class juga
menerapkan agar seorang guru mampu menuangkan segala idenya dalam bentuk
tulisan. Ini merupakan kompetensi khusus yang harus dimiliki oleh mahasiswa
calon guru-guru masa depan.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar