Keputusan
yang saya ambil kenapa terjun sebagai tutor teater di sekolah bukan karena
tanpa alasan. Selain karena hobi, alasan lainnya adalah karena saya adalah
mahasiswa tingkat akhir. Yang butuh suntikan dana lebih. Kebutuhan yang
mendesak inilah, yang kemudian membuat saya merambah ke luar dari Rumah Dunia.
Berawal
dari pelatihan teater yang diselenggarakan oleh SMAN 2 Kota Serang beberapa
bulan lalu. Yang pada saat itu saya dengar, mereka kesulitan mencari narasumber
sebagai pemateri. Lalu, dari informasi yang saya peroleh, akhirnya nama Rumah
Dunia menggaung.
Sepanjang
pelatihan itu, saya berusaha semaksimal mungkin memberikan ilmu teaterku pada
mereka. Meskipun sempat terpikir akan keilmuanku pada dunia teater yang masih
kurang di sana sini. Namun, semenjak tergabung sebagai anggota belajar di Rumah
Dunia. Dan mengikuti kegiatan reguler kelas teater secara rutin semasa Sekolah
Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama, prasangka jelek yang merasuki pikiranku
pun tergantikan oleh rasa percaya diri. Kini rasa percaya diri itupun kian berkembang
dan mengalir dalam darahku.
Bagiku,
kegiatan yang sedang digeluti sekarang adalah hasil dari proses keterlibatanku beberapa
tahun silam di Rumah Dunia. Rumah Dunia yang berkiblat pada sastra juga nasihat seorang pembesar agama Islam Umar bin
Khattab keduanya saling mengikat.
“Ajarkanlah
sastra pada anak-anakmu, agar anak pengecut menjadi pemberani.”
Jika Umar bin Khattab menyerukan secara
tulisan agar anak-anak diajarkan sastra. Rumah Dunia menerapkannya dalam nyata.
Kekuatan sepenggal kata yang ditorehkan Umar bin Khattab seperti termaktub
dalam ragaku. Energi inilah yang mempengaruhi rotasi hidupku.
Saya merasa
beruntung pernah menjadi warga belajar di Rumah Dunia. Meskipun ranah pekerjaan
yang sedang kugeluti ini jauh dari jangkaun keilmuan di bangku kuliah. Tetapi,
kenyataan bahwa keberanian itu datang berkat bergabung dan belajar di komunitas.
Lagi, Rumah
Dunia seperti penghubung pintu rikziku. NikmatMu yang manakah kudapat mendustakannya.
Setelah pelatihan teater itu, saya diminta menjadi tutor teater di SMAN 2 Kota
Serang. Kemudian tawaran mengajar pun mengalir deras bagai air hujan dari
berbagai sekolah dan mengajar private.
“Pandai-pandailah
bersyukur.” Tegurku dalam hati.
Tak ayal rasa
syukur yang kutunaikan padaNya menjadi sebentuk doa. Yang senantiasa meluncur
di tiap Dhuha dan Tahajud-ku. Saya yakin, ketika nikmat yang datang silih
berganti itu kusyukuri Allah akan semakin menambah nikmat lainnya padaku. Seperti
dalam surat Ibrahim ayat 7: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kamu akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Semoga saya tergolong ke dalam orang-orang yang senantiasa bersyukur pada Sang
Maha Pemberi nikmat. Amin Ya Rabb.