BOGOR - Mahasiswa SGI prosfessional
class angkatan 16 membuat gerakan peduli pendidikan. Gerakan ini lahir
karena dilatarbelakangi oleh adanya masalah pada beberapa guru yang tidak
menggunakan alat peraga ketika mengajar. Permasalahan yang muncul ini juga
tidak jauh berbeda dengan sekolah yang pernah dijadikan tempat magang beberapa
pekan lalu oleh mahasiswa SGI. Hal inilah, yang kemudian membuat para mahasiswa
SGI 16 berinisiatif untuk membuat expo pendidikan. Dengan cara
mendemonstrasikan alat peraga dari bahan-bahan tidak terpakai lalu menyulapnya
menjadi berdaya guna.
“Penggunaan alat peraga sebagai pendukung pembelajaran
sangatlah penting. Dan kegiatan expo alat peraga ini juga diharapkan dapat
menggugah inspirasi para guru nantinya. Agar lebih kreatif dan inovatif dalam
menciptakan alat peraga untuk mengajar. Sehingga metode ceramah tidak melulu
diterapkan. Ini juga dapat membantu anak muridnya dalam memahami pelajaran.” Papar Shalipp Sanri Geolfano (22), ketua kegiatan
expo pendidikan yang berasal dari Muna, Sulawesi Tenggara, Sabtu, (12/15) .
Kegiatan yang disuguhkan tidak hanya melibatkan para
guru. Di sini, anak-anak murid SDN Tegal Jaya 02 juga ikut terlibat. Sebuah
perlombaan juga dibuat untuk memeriahkan acara expo ini. Lomba menggambar yang
diikuti oleh peserta kelas 1 sampai 3.
Kegiatan ini didukung penuh oleh Kepala Sekolah dan
guru-guru terkait. Salah satunya adalah Iwan W Muharam kepala sekolah SDN Tegal
Jaya 02 Bogor yang dipilih oleh SGI 16 sebagai tempat pelaksanaan kegiatan. Ia
merasa bersyukur karena SGI 16
mengadakan kegiatan Expo pendidikan di sekolahnya.
“Semoga
dengan adanya kegiatan ini guru-guru semakin termotivasi untuk memberikan
pembelajaran terbaik untuk anak didiknya. Pun saya juga telah terinspirasi.
Insya Allah saya juga akan membuat kegiatan serupa ke depan. Meskipun tenggang
waktunya masih belum pasti kapan.”Ujar
Iwan W Muharram, lelaki kelahiran 47 tahun lalu. Kepala Sekolah SDN Tegal Jaya
02 yang baru menjabat 1 tahun.
Gerakan peduli pendidikan ini juga disambut baik oleh
sekolah yang diundang. Seorang guru perempuan yang memegang kendali sebagai
wali kelas 4 di MI Nurul Islamiyah. Ia merasa beruntung meluangkan waktunya
untuk datang dan menyaksikan secara langsung penggunaan alat peraga.
“Bagus
banget kegiatannya. Saya jadi termotivasi memanfaatkan alat peraga menggunakan
barang bekas. Walapun sekolah belum mendukung. Tapi, insya Allah saya akan
usahakan itu.”
Ungkap Dedeh Supriyati (35), ibu dua
anak yang sudah tinggal 12 tahun di Bogor. (Suni Ahwa)